Betapa besar perbedaan antara shaumnya –puasanya- kita dengan shaumnya salafus shalih -generasi awal Islam-.
Generasi awal Islam berlomba meraih nilainya, berkutat dalam naungannya dan mengerahkan segenap kekuatan fisik dan kekuatan jiwa untuk mengisinya.
Siang hari mereka adalah kesungguhan, produktifitas dan profesional.
Malam hari mereka adalah malam-malam meraih bekalan ruhani, tahajjud dan tilawatul Qur’an.
Sebulan penuh mereka belajar, beribadah dan berbuat baik.
Lisan mereka shaum, jauh dari berkata yang tidak ada manfaatnya, apalagi kata-kata kasar, jorok dan dusta.
Telinga mereka shaum, tidak mendengarkan pernyataan sesat, negatif dan sia-sia.
Mata mereka shaum, tidak melihat yang diharamkan dan perbuatan tidak senonoh.
Hati mereka shaum, tidak terbersit untuk melakukan kesalahan atau dosa.
Dan tangan mereka, tidak digunakan untuk mengambil yang tidak halal dan tidak menyakiti.
Berbeda dengan muslim sekarang ini.
Di antara mereka ada yang menjadikan Ramadhan sebagai musim ta’at kepada Allah swt. dan melipatgandakan kebaikan.
Mereka shaum siang harinya dengan sebaik-baiknya. Mereka qiyam Ramadhan –shalat tarawih dan tahajjud- dengan sebaik-baiknya.
Mereka bersyukur kepada Allah swt. atas nikmat yang diberikan, dan mereka tidak lupa saudara-saudara mereka yang lemah dan tidak beruntung.
Mereka berusaha meneladani Nabi, sebagai orang yang paling dermawan dan paling banyak berbuat baik dalam bulan Ramadhan, laksana angin yang tertiup.
Kelompok lain adalah, kelompok yang tidak pernah tahu dan sadar akan kebaikan Ramadhan. Mereka tidak merasakan manfaat dari bulan Ramadhan. Mereka tidak peduli dengan shiam dan qiyam. Mereka tidak tahu dan tidak mau tahu keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.
Padahal Allah swt. menghidangkan Ramadhan bagi qalbu dan ruh –hati dan jiwa- sekaligus. Sedangkan mereka malah menjadikan Ramadhan untuk memperturutkan syahwat perut dan mata (tidur) semata.
Allah swt. menjadikan Ramadhan sebagai upaya menyemai sikap kasih sayang dan kesabaran. Justeru mereka menjadikannya sebagai ajang amarah dan mengumpat.
Allah swt. menjadikan Ramadhan sebagai wahana meraih sakinah –ketentraman- dan keteduhan. Mereka malah menjadikannya sebagai bulan pertengkaran dan perselisihan.
Allah swt. menjadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan diri, namun mereka hanya merubah jadwal makan belaka.
Allah swt. menghadirkan Ramadhan untuk menggugah si kaya agar peduli dengan yang tak berpunya. Namun mereka menjadikannya sebagai ajang memperbanyak makanan dan minuman dengan aneka ragamnya.
Semoga umat muslim melaksanakan shaum Ramadhan adalah dalam rangka meraih janji Allah swt. taqwallah, bertaqwa kepada Allah swt. sebagaimana yang diperintahkan Al Qur’an, dengan demikian mereka akan keluar dari Ramadhan menjadi orang-orang yang suci (fithri) dan dosanya terhapuskan, biidznillah. Allahu a’lam
logo google dengan nama sendiri
Israel VS Palestina
Artikel
- Akhlak dan Teladan
- Hadist
- Hidayah / Kisah Mualaf
- Hikmah
- Ibadah
- kata mutiara
- Kehidupan Dunia
- Kelahiran Rasulullah
- kemulian Islam
- Kisah
- Kisah Nabi dan Rasul
- Manusia
- Masalah Islam terkini
- Memperkuat Aqidah / Keimanan
- Mengenal Rasulullah
- mensucikan hati
- Nasehat / Perbaikan Diri
- News
- Peristiwa
- Ramadhan
- Renungan
- Tips
- Tokoh
- wasiat rasulullah
Rujukan penting
http://singkawang-photografi.blogspot.com/2009/03/pesan-pesanku-jika-aku-mati.html
Pengikut
Jumat, 04 September 2009
Ramadhan, Antara Generasi Awal dan Generasi Sekarang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Demi Waktu
comment
Tentang Saya
- islamic-story
- Singkawang, Kalimantan Barat, Indonesia
- ASSALAMU'ALAIKUM Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Ingin mengetahui tentang islam lebih dalam? inilah tempatnya! semoga yang sedikit ini bermanfaat tertama untuk saya dan yang membacanya. wassalam
Daftar Blog
-
-
-
Sepak Bola Indonesia14 tahun yang lalu
-
Simpanan Hari Tua, Silakan Baca !!15 tahun yang lalu
-
-
-
-
0 komentar:
Posting Komentar